Jumat, 12 Agustus 2016

Eyangku eyangmu korban romusha

ROMUSHA adalah tenaga kerja paksa pada masa pendudukan bala tentara Jepang. Tenaga kerja paksa ini diambil secara acak oleh militer Jepang, dengan melibatkan aparatur pemerintah, dan sejumlah pemimpin pergerakan rakyat.
Jepang memerlukan romusha itu untuk mengerjakan proyek-proyek militer mereka, baik yang ada di daerah pendudukan, maupun di luar Indonesia. Para pekerja ini terdiri dari laki-laki desa miskin, yang berusia antara 16-60 tahun.
Sementara kaum lelaki dijadikan romusha, kaum perempuan dipaksa membajak sawah, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan berat lainnya. Sedang anak gadis mereka dijadikan budak seks tentara Jepang yang ada di garis depan peperangan.
Banyak di antara romusha dikirim ke Sumatera, bahkan sampai ke Birma, Thailand, dan pulau-pulau bagian timur. Dari kira-kira 500.000 orang yang dikirim kerja paksa, hanya sebagian kecil saja yang kembali setelah perang usai.
Menurut WF Wertheim, dari sekitar 300.000 jiwa yang dikirim ke seberang lautan, hanya sekitar 70.000 orang saja yang selamat dan bisa kembali ke kampung halaman mereka setelah perang. Sisanya, meninggal dalam kerja paksa.
Para romusha itu diangkut dengan menggunakan truk-truk dalam perjalanan yang jauh di daerah pendudukan, dan dalam gerbong-gerbong kereta tertutup rapat tanpa udara, dengan jumlah ribuan orang berjejalan ke luar Indonesia.
Sampai tempat kerja paksa, para romusha dibelenggu berdampingan dengan para tahanan perang untuk membuat jalan raya Birma. Selama kerja paksa itu, mereka dibiarkan kelaparan hingga tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang.
Penggambaran lebih rinci dan jelas mengenai nasib romusha, diceritakan panjang lebar oleh Tan Malaka. Saat dalam perjalanan menuju pabrik arang Bayah Kozan, di Banten Selatan, Tan Malaka melewati sepanjang Jalan Saketi-Bayah.
Jalan Saketi-Bayah menyimpan sejarah yang menyedihkan. Bahkan tak kalah sedihnya dengan jalan Anyer ke Banyuwangi pada masa Deandels, yang memakan ribuan jiwa orang Indonesia buat imperialisme Belanda.
"Pembikinan jalan Saketi-Bayah juga memakan ribuan (jiwa) tenaga percuma, tenaga romusha, dan jiwanya romusha," terang Tan Malaka, seperti dikutip dalam bukunya Dari Penjara ke Penjara Bagian Dua, pada halaman 321.
Selain jalan Saketi-Bayah, proyek kerja paksa yang banyak menelan jiwa romusha adalah pulau Manuk yang berada 5-6 kilometer dari kampung Bayah. Di kawasan ini, romusha dibiarkan mati terserang borok, disentri, dan malaria.
Karena kurangnya perhatian umum, dan tenaga penggali kubur, mayat romusha yang jumlahnya puluhan ditumpuk saja dalam satu lubang besar. Hingga setiap hujan turun, mayat-mayat itu mengambang naik ke atas permukaaan.
Para romusha itu banyak yang berasal dari Solo, Kediri, Bojonegoro, dan daerah pedalaman Jawa lainnya. Rata-rata mereka berprofesi sebagai petani miskin, dan buta huruf yang diambil secara paksa oleh aparatur desanya.
Pihak aparatur desa yang paling bertanggung jawab dalam mengirimkan rakyatnya menjadi romusha adalah kepala desa atau lurah, dan camat setempat. Jumlah romusha yang dikirimkan setiap minggunya mencapai 1.000 orang lebih.

Selain oleh aparatur pemerintah, pengerahan rakyat menjadi romusha juga dilakukan oleh elite politik lokal maupun nasional. Para elite ini biasanya melakukan propaganda kepada rakyat agar mau menjadi romusha di luar daerah.
Di Keresidenan Pekalongan, elite politik lokal yang aktif mengirimkan romusha kepada Jepang berasal dari Partai Nasionalis Indonesia (PNI), di mana Soekarno terlibat aktif dalam propaganda kemenangan Asia Timur Raya.
Seperti yang dilakukan oleh Kartoharjo, pengikut setia Soekarno dari Brebes. Dia terlibat mengirimkan romusha ke Bayah, wilayah Banten Selatan, dan membawa 300 romusha yang sakit dan mati selama mengikuti kerja paksa.
Setiap romusha dalam satu proyek dengan proyek yang lain mendapatkan upah berbeda. Di Banten Selatan, mereka yang paling kuat dikirim bekerja di tambang dengan upah F.1,- sehari, dan mendapat jatah beras 400 gram sehari.
Sedang mereka yang bekerja sebagai pemotong kayu di hutan, mencangkul di jalan, dan mengangkut batu, hanya dibayar antara F.0,40,- sehari, dengan jatah beras 250 gram seorang seharinya. Para romusha ini dikontrak tiga bulan.
Setelah kontrak tersebut selesai, mereka diperbolehkan pulang ke kampung halaman dan rumah masing-masing. Namun, sangat sedikit romusha yang bisa kembali pulang ke kampung halaman, dan rumah mereka saat kontraknya habis.
"Angka kematian romusha pada saat itu berkisar 400-500 orang sebulan, pukul rata 15.000 romusha. Yang sakit di jalan dan mati di desa sebagai akibat bekerja di Bayah, belum lagi masuk hitungan," sambung Tan Malaka.

Sementara di Banten Selatan romusha banyak berasal dari petani miskin, di Pemalang, romusha banyak berasal dari orang-orang Arab. Sedang orang-orang Cina di sana banyak menyogok hingga terhindar dari kerja paksa romusha.
Orang-orang Arab itu dipaksa membangun proyek pertahanan militer di pinggir pantai. Sekali atau dua kali sebulan, mereka dikirim ke dalam hutan di kawasan selatan Pemalang untuk memotong dan menyusun kayu jati gelondongan.
Dengan melibatkan para pemimpin pergerakan, pejabat tinggi pemerintahan, dan para pedagang dalam proyek romusha itu, Jepang berhasil membuat kewibawaan golongan-golongan tersebut menjadi sangat rendah di mata rakyat.
Soekarno yang berdiri di antara semua golongan tersebut, merupakan yang paling terpukul oleh politik penghancuran ini. Semua cap buruk dilimpahkan dalam pundaknya. Dia dicap sebagai kolaborator Jepang yang menjual rakyat.
Dalam paparannya kepada Cindy Adams, Soekarno mengatakan, romusha merupakan luka bangsa yang tidak pernah kering. Bahkan luka itu akan terbawa hingga dirinya mati. Namun, dia menyatakan, ada harga mahal yang harus dibayar.
"Dalam kenyataannya, aku yang mengirim mereka pergi kerja. Ya, akulah orangnya. Aku mengirim mereka berlayar menuju kematian," katanya, seperti dikutip dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, halaman 232.
Soekarno mengakui, sebagai seorang pemimpin pergerakan rakyat, dirinya telah membuat pernyataan-pernyataan yang mendukung pengerahan romusha. Bahkan, dirinyalah yang mengatakan kepada rakyat bahwa menjadi romusha adalah mulia.

"Akulah yang memberikan mereka kepada orang Jepang. Rasanya mengerikan sekali.. Ada orang yang mengatakan, rakyat tidak mau membaca ini.. Tidak seorang pun yang suka kepada kebenaran yang menyedihkan," sambungnya prihatin.
Lebih lanjut, Soekarno mengatakan, dalam persoalan romusha, ada harga yang harus dibayar. Harga itu adalah suatu kepentingan yang sangat besar, yaitu kemerdekaan Indonesia. Harga itu tidak bisa untuk ditawar-menawar lagi.
"Tidak jadi soal kalau ada yang menyebutku kolaborator.. Halaman-halaman dari revolusi Indonesia akan ditulis dengan darah Soekarno. Sejarahlah yang akan membersihkan namaku," tegas Soekarno, pada halaman 235.

Selasa, 22 Maret 2016

DOA SUNGKEM JATI

Doa sungkem jati adalah doa warisan leluhur ulama indramayu, doa yang bisa digunakan untuk segala hajat/keperluan, mendo'akan orang lain maupun untuk diri sendiri.
inilah do'anya:

Allahumma se syahènipun kula maturi sedulur papat kelima pancer,

se syahènipun kula maturi mani manikem madi lan mazi,

se syahènipun kula maturi dina pitu wulan rolas taun wolu sifat rongpuluh,

se syahènipun kula maturi dumateng rama adam lan ibu hawa,

Se syahènipun kula maturi dumateng kalimat ashadu ala illaha ilallah wa ashadu anna muhammadar rosulullah,
Setemenè kula nyaksèni mboten wonten pangèran kang disembah kejaba gusti allah kang tunggal kang kuasa maring jagat kabeh,
setemenè kula nyaksèni yen nabi muhammad iku utusanipun allah kang nduweni sifat sidik tablig amanah lan patonah,

Bismillahirrohmanirrohim..
bismillah kelawan nyebut asmanipun allah, arrohman kang welas asih ning alam dunya, arrohim kang asih ning alam akhèrat.

jungjungen derajatè.. (sebut nama yang di do'akan) moga moga di paringi.. (keperluannya).

robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa kina adzabannar, amin ya robbal alamin..

Smoga bermanfaat


Senin, 08 Februari 2016

Buyut dedek mangunjaya yang terlupakan

Siapakah sebenarnya ki buyut dedek?


Sebelum membahas seorang ki buyut dedek, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu sejarah desa bodas mangunjaya, karena ki buyut dedek termasuk warga bodas.
Warga bodas mangunjaya adalah warga pindahan dari desa bodas tukdana, oleh karenanya awal sejarahnya dari desa bodas tukdana.
Sekitar tahun 1691, kerajaan mataram dengan raja sultan agung mataram mengutus anaknya sunan kuning untuk menyerang belanda di batavia. Sunan kuning membawa ratusan prajurit beserta ketiga anaknya yaitu raden mas luiseng, nyi mas madusari, dan raden mas adi wiradinata.
Dalam pertempuran melawan tentara belanda di batavia, pasukan sunan kuning kocar kacir karena peralatan perang belanda lebih canggih dan akhirnya pasukan kuning mundur kembali ke mataram. Namun dalam perjalanan pulang sebagian pasukan kuning tersesat di hutan termasuk ketiga anaknya.
Raden mas luiseng tersesat dan tinggal di wilayah majalengka, sedangkan nyi mas madusari beserta adiknya raden mas adi wiradinata tersesat dan tinggal di hutan antara kali cibuya dan cimanuk dan tidak berniat untuk kembali ke mataram.
Orang-orang pasundan menyebut nyi mas madusari dengan sebutan jalma bodas ( perempuan putih) karena nyi mas madusari berkulit putih, sehingga pada tahun 1694 hutan yang telah dijadikan pemukiman oleh nyi mas madusari disebut pedukuhan bodas.
Kakak nyi mas madusari yang tersesat dan bermukim di majalengka raden mas luiseng beristri dewi saroh putri kyai moh. Mujinata yang garis silsilahnya masih  keturunan raden arya sacadilaga putra pengeran adipati swarga (1675-1715) raja majalengka. dari istri inilah melahirkan dua putra dan satu putri, salah satunya watu solihin.
Mas watu solihin inilah yang menyusul bibinya nyi mas madusari dan menikahi warga bodas.
Dari mas watu solihin menurunkan kyai arsela berputra ahmad masdar berputra nyi fatimah irem berputra moh.durem. moh durem memperistri siti arum, bibi dari kuwu bodas H.tawiyah (1887). Dan berputra tunggal bernama ki johar.
Pada tahun 1900 demang Anjatan yaitu nyanyu hekakusuma yang masuk dalam kedemangan kandanghaur berniat membuka lahannya sebelah timur kali salamdarma yang masih hutan angker. Warga anjatan tak ada satupun yang berani kecuali 20 orang yang punya kesaktian yang berasal dari daerah lain seperti dari tegal, brebes, cerbon, subang, majalengka, loh bener, junti, dan lainnya, termasuk ki johar dari bodas tukdana. Mereka membedah hutan menjadi lahan pertanian, dan hari demi hari banyak warga berdatangan untuk ikut bermukim disana.
Pada masa itu belanda lagi gencar gencarnya mengawasi warga tionghoa setelah pembantaian warga tionghoa pada masa perang jawa (1816). Dan ki johar beristri perempuan tionghoa bernama dewi cheng mei dari marga gonang.
Alkisah, ki johar mempunyai dua putri yang pertama siti murtiyem diperistri daspan (bodas), yang kedua siti sartiyem di peristri jamaludin (junti) dan ikut suami ke junti dermayu. Sehingga kehidupan ki johar bersama anak dan menantu (daspan) serta lima cucu hidup bahagia dan tentram. Apalagi daspan menantunya mempunyai penggilingan padi yang cara kerjanya masih menggunakan sapi-sapi, sehingga kehidupannya sangat makmur.
Namun malapetaka untuk keluarga ki johar itu tak terduga, ketika pemerintahan hindia belanda membangun bendungan salamdarma tahun 1920an, ketika itu belanda sangat kesulitan dalam membangun bendungan karena banyak gangguan seperti buaya-buaya yang sangat ganas dan setiap hari ada saja personelnya yang mati, ke angkeran kali salamdarma sudah terkenal oleh warga sekitar. Akhirnya belanda meminta bantuan kepada demang anjatan untuk mencarikan orang-orang sakti untuk menghalau gangguan tersebut. Akhirnya demang anjatan memanggil ke 20 orang warganya yang bisa membuka hutan diwilayahnya, seperti buyut darsem, buyut parung balung, buyut bandung, dan buyut-buyut lainnya, termasuk ki johar dengan bayaran tinggi. 

Ki johar sangat disayang belanda karena ilmunya yang bisa meretakkan batu-batu keras dan besar, ki johar merasa tidak nyaman bekerja sama belanda, karena belanda selalu saja menghalangi ki johar untuk sholat, dengan pekerjaan yang tak kenal waktu. Akhirnya ki johar berhenti bekerja dari belanda, berhentinya ki johar membuat belanda tidak senang apalagi setelah belanda tahu bahwa istri ki johar adalah orang tionghoa.

Akhirnya belanda dengan cara yang picik menculik istri ki johar supaya ki johar mau bekerja lagi untuk membantu bendungan-bendungan belanda yang lain, namun di malam hari ki johar menembus pertahanan belanda untuk mengambil istrinya yang ditawan, ki johar berhasil mengambil istrinya namun sayang istrinya tertembak, setelah dirumah, istrinya meninggal dunia, dan akhirnya pada malam itu juga istrinya dikuburkan. dan ki johar disembunyikan menantunya di gudang dedak untuk menghindari pencarian belanda. Benar saja di pagi harinya belanda menggeledah rumah menantunya, namun belanda pulang dengan tangan kosong.

Dalam persembunyian digudang dedak, ki johar sehari-harinya di urus sama anaknya siti murtiyem, dan wargapun tau namun dengan setia warga merahasiakannya dan bahkan warga menyebutnya ki dedek (dedak). 

Suatu ketika warga sekitar mengalami kekurangan pangan, dan ki dedek tau klo menantunya membantu warga dengan meminjamkan beras-berasnya, namun pengembaliannya tak sesuai dengan waktu meminjamnya. Akhirnya ki dedek memanggil anak dan menantunya, "anak ku kenapa menolong orang itu harus ada imbalannya?"ucap ki dedek.  "bapak sudah tau sendiri kalau sekarang lagi musim susah, anak saya juga banyak kalau tidak begitu anak anak saya mau di kasih makan apa?"jawab menantunya. " Ya sudah.. bukan maksud bapak membenci, sekarang bapak sudah biasa makan beras sisa penggilingan, bapak mau puasa, jadi sekarang tidak usah dikirimi nasi lagi, lagi pula bapak juga sudah ada yang menemani, kalau anakku sibuk tidak apa-apa, tapi tolong jangan lupakan bapak" ucap ki dedek.

Semenjak itu, siti murtiyem hanya sesekali menengoknya, kadang seminggu sekali ataupun sebulan dua kali takut bapaknya tidak bernyawa lagi.

Namun ketika keluarga adik siti murtiyem yaitu siti sartiyem dari junti boyong untuk bermukim di bodas, dan menengok ki dedek ternyata ki dedek sudah hilang entah kemana.

Banyak warga menduga duga, apakah ki dedek atau buyut dedek di bawa belanda? tapi dugaan anak anaknya bahwa buyut dedek tidak di bawa belanda tapi di sembunyikan istri jinnya. Hal ini dikuatkan warga setempat bahwa buyut dedek sering menampakkan diri di sekitar bodas mangunjaya dengan meninggalkan segunduk dedak.

Lalu di manakah dia bersemayam?

Wallahu bisshawab..


Sumber:

-internet

-sesepuh desa mangunjaya