langsung cerita bae ya.. lamon ceritane ngawur bin ngaco reang njaluk pangapura, soale sumbere minim lan langka, dadi lmon ana
masukan, kritik, lan saran sing batur2 kuayang bungahe reang kuh..
Suatu ketika, ada tiga prajurit pelarian, prajuritnya raden trunojoyo dan prabu karaeng galesong, ketika pemberontakan mereka terhadap
mataram telah digagalkan oleh mataram atas bantuan VOC tahun 1679.
mereka adalah panji alif dari pegaden, daeng morontolo dari makasar (sulawesi selatan), dan joko sari dari pabean (sumber. bpk serén alm). mereka lari sampai kehutan darma ayu barat, yg
di dalamnya terdapat kedung dan bukit disebelah baratnya. merekapun membuka lahan untuk bercocok tanam, panji alif menetap disebelah timur kedung, daeng morontolo disebelah
selatan kedung, dan joko sari disebelah barat kedung disamping bukit. mereka pun membolehkan penduduk lain bercocok tanam ditanah mereka.
selain bercocok tanam mereka juga telah mengirimkan surat pd raja darma ayu, bahwa mereka siap bela pati sebagai prajurit darma ayu.
setelah satu tahun joko sari dan panji alif membuka lahan, mereka menjemput anak istrinya dan memboyongnya ketempat yang baru itu.
sambil menunggu panggilan dari raja darma ayu untuk mengabdi, mereka menjalani puasa tirakat (ora mangan ora nginung lan ora
turu) untuk memperdalam kanuragan dan kesaktian mereka dgn caranya masing2.
setelah mereka dipanggil raja darma
ayu Dan ikut berperang sebagai prajurit darma ayu dalam melawan penjajah, hanya joko sari saja yg selamat. Dan dititahkan oleh raja sebagai pemimpin desanya.
Joko sari memberi nama desanya dengan BUGIS untuk mengenang daeng morontolo, teman seperjuangannya yg berasal dari suku bugis makasar. Dan peninggalan daeng morontolo yg mempunyai beberapa kandang sapi maka tempat sekitar kandangnya disebut blok KANDANGSAPI, dan tempat garu yg ditinggalkannya waktu dapat
panggilan raja disebut BUYUT GARU BUGIS.
Untuk tempat panji alif, joko sari memberinya nama dgn BUYUT GABYOK karena waktu tirakat panji alif dalam menghalau kantuknya, dgn cara bekerja bercocok tanam siang dan malam, mungkin karna hal inilah joko sari menyebut blok panji alif dgn blok SUKATANI.
Kuwu Joko sari memimpin desa bugis dgn adil dan merakyat, namun sayang sampai tua joko sari tidak dikaruniai seorang anak. maka dia menyerahkan jabatan kuwunya kpd anak panji alif yaitu KARMUN (1917-1919).
dan joko sari hanya mau jdi lambang/seketaris desa karena mengingat usianya yg sudah tua, sehingga ketika dia wafat tempatnya disebut BUYUT LAMBANGSARI (sumber. bpk masna
bodas).
Sewaktu kuwu karmun belum punya istri, dia mencintai gadis dari keluarga pendatang yg berasal dari melayu, namun gadis itu mau menikah sama karmun dgn satu persaratan, persyaratannya yaitu agar kedung didekat rumahnya di timbun (diurug) saja biar rata dan minta dibuatin sumur, mungkin karena dia takut mandi di kedung.
Karena begitu cintanya sama sang gadis, kuwu karmun menyanggupinya dan dibantu segenap warganya. dalam penimbunan kedung ini, tanah yg diambil yaitu berasal dari bukit
sebelah barat kedung. dan warga berduyun-duyun membuat bedeng disebelah utara untuk menahan tanah dan mengalirkan airnya.
namun sayang sebelum pekerjaan hampir usai gadis itu meninggal dunia. akhirnya karmun menamakan
dataran baru itu dgn blok CILEMPUNG (air tanah), dan tempat sekitar rumah gadis melayu itu disebut blok BATAK.
serta sumur yg telah dibuat dan sering dipake barnas ayah gadis itu, dan sewaktu dipakai sering berbunyi 'dung' maka karmun menyebutnya dgn sumur BUYUT BANDUNG.
Sedangkan Disebelah utara kedung itu disebut blok BEDENG karena tempat pembedengan dan tempat pengaliran air kedung.
Untuk sebelah barat yaitu tempatnya joko sari, kuwu karmun memberinya nama dgn blok MANGUNSARI.
Peninggalan Joko sari sewaktu menjalani tirakat dan dalam menghalau kantuknya, dia selalu menggobang air kedung dengan memakai sanggahan 3 pohon baujan dan ternyata
sanggahan itu tumbuh hidup jdi pohon. Dan sekarang tiga pohon itu disebut BUYUT MANGUN.
Dan ketika bukit telah rata, karmun memberikan dataran itu kpd ALSIH/BUYUT DARSEM, orang yg sakti yg berasal dari bodas wetan, sehingga dataran itu oleh karmun disebut blok BODAS.
karna dataran bodas keras belum bisa ditanamin, maka buyut darsem dlm memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia bekerja pada belanda dalam
pembuatan sungai dan bendungan.
kibuyut darsem lah yang ditunjuk belanda sebagai arsitek bendungan salamdarma dan sekitarnya, dan kabarnya sewaktu meninggal dia dimitoskan jadi buaya. sebelum meninggal dia berkata " anak putune kita bakale aman adus ning kali blanda sing awit sasak cipunegara tekang sasak pusakaratu", "Anak cucu saya akan aman mandi disungai belanda dari jembatan cipunegara sampai jembatan pusakaratu". Wallahu bi showab.
setelah kuwu karmun, kuwu bugis selanjutnya dijabat DARPEN dari bugis tua 1919-1922.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar